Setiap orang setidaknya pasti memiliki satu hal yang membuatnya sangat terinspirasi dan selalu terpacu dalam setiap langkahnya saat mencapai mimpi terpendam. Begitu pula denganku.
Salah satunya, Naruto.
Well, kalau berbicara tentang Naruto, mungkin akan tidak ada habisnya. Banyak orang yang masih gemar membahas tentang anime ini, walaupun manga nya sendiri sudah tamat sejak lama. Waktu itu, di tahun 2016 aku yang sedang sangat girang dengan serial Naruto The Last masih sedikit ingat, jika Masashi Kishimoto memutuskan untuk berhenti melanjutkan cerita Naruto.
Tapi entah apa yang terjadi, sekarang anime anak dari Naruto, Boruto sudah mengudara di TV Jepang sana. Hmm, mungkin Masashi tidak bisa move on dari manga ciptaannya yang telah membesarkan namanya kali ya?
Naruto dan anak-anak
Hal yang paling membuatku sebal dengan stigma pertelevisian di Indonesia adalah, mereka menganggap semua anime itu adalah kartun anak-anak. Heloooo, sudah jelas-jelas cerita Naruto, Spongebob, dan beberapa animasi lainnya tidak sesuai dengan anak-anak. Kenapa mentang-mentang berbentuk animasi dua atau tiga dimensi, maka serta merta tontonan itu untuk anak-anak?
Entahlah. Sebenarnya aku marah seperti ini juga kutujukan pada siapa? Toh juga uneg-uneg ini hanya akan menjadi uneg-uneg yang sia-sia walaupun aku berkoar-koar mantap disini.
Mengenai kesukaanku pada Naruto, bisa dibilang aku telah sejak SD mengetahui tentang anime ini, saat Naruto masih ditayangkan oleh Indosiar di hari Minggu. Saat itu aku masih sangat ingat, dimana Gaara diculik oleh Akatsuki dan dalam keadaan Gaara yang sekarat, aku masih ingat bagaimana Naruto menangisi Gaara saat itu.
Aku yang masih bocah ingusan, menangis sesenggukan tanpa henti melihat tragisnya nasib Gaara. Ya, bisa dibilang, aku pernah berada di posisi Gaara, saat aku duduk dibangku SD. Aku pernah dikucilkan, tanpa teman dan dianggap seorang yang patut dijauhi, tanpa alasan yang jelas. Jika mengingat kisahku di jaman SD, aku hanya bisa tersenyum kecut. Hidup itu memang bukanlah sesuatu yang abadi bukan? Karena sekarang aku sudah mengalami kehidupan yang lebih baik daripada orang-orang yang dulu mengucilkanku.
Gaara, is my first love
Sumber: Pinterest |
Cewek mana sih yang nggak suka sama Gaara? Rata-rata nih ya, cewek yang suka nonton Naruto, tapi nontonnya nggak dinikmati banget, atau istilahnya hanya sekedar nonton tanpa ingin tahu setiap detil dari kisah dan para tokohnya. Pasti akan mengidolakan Gaara.
Iya, begitu juga denganku. Aku juga suka banget sama si Gaara satu ini, diawal-awal aku mengikuti serial Naruto. Menurutku dia itu cool banget, dingin, dengan mata yang seakan memakai kajal seperti wanita Arab. Duh, mempesona.
Tapi itu dulu, sebelum aku memutuskan untuk membaca seluruh serial dan mendalami setiap karakter yang ada di Naruto.Dan aku baru tahu kalau ternyata Gaara itu nggak kuat-kuat banget (nggak bermaksud menyinggung, fans Gaara dilarang baper!).
Baper banget sama Uchiha Itachi
Diawal kemunculan Itachi, jujur aku sama sekali tidak membencinya. Aku justru membenci Sasuke, yang terlalu fokus terhadap misi balas dendamnya pada kakaknya itu. Sasuke hanya berpusat pada Itachi, tanpa mau peduli jika banyak orang yang selalu memperhatikannya. Di serial Naruto, tokoh yang paling kubenci memang Sasuke sih, karena menurutku dia adalah seorang bocah manja yang hanya memandang pada satu sisi saja.
Padahal, jika saja Sasuke mau sedikit lebih terbuka dan menerima betapa pedulinya Naruto dan Sakura, pasti Sasuke tidak akan berakhir menyesal seperti diakhir cerita. Well, ya memang seperti itu sih niat Masashi sejak awal. Harusnya aku nggak protes kan? Haha.
Padahal, jika saja Sasuke mau sedikit lebih terbuka dan menerima betapa pedulinya Naruto dan Sakura, pasti Sasuke tidak akan berakhir menyesal seperti diakhir cerita. Well, ya memang seperti itu sih niat Masashi sejak awal. Harusnya aku nggak protes kan? Haha.
Sumber: Pinterest |
Tapi walaupun tidak membenci tokoh Itachi, aku juga tidak menyukainya. Aku hanya memandang sosok Itachi sebagai seorang villain yang kejam, dingin dan tanpa perasaan. Ketika sosok Itachi muncul, aku selalu menahan nafas, berharap saja Naruto tidak dihabisinya. Masashi sukses membuat para penggemar Naruto terhipnotis dengan tatapan mata Itachi, yang berwarna merah menyala.
Aku yakin dan percaya, jika tidak ada satu orang pun kakak yang tidak menyayangi adiknya. Kecuali kakak itu memang sudah sakit jiwa.
Kenapa aku bisa sangat patah hati saat menyaksikan kisah pilu persaudaraan antara Sasuke dan Itachi? Karena aku tahu, bagaimana rasa sayang seorang kakak terhadap adiknya. Aku tahu, karena aku memiliki seorang kakak yang sangat menyayangiku apa adanya.
Seseorang yang memiliki hubungan darah dengan kita, tentu secara alamiah, kita akan merasa sangat terikat dengannya. Sebelum identitas asli Itachi terungkap, aku sudah memiliki firasat jika Itachi mau melakukan semua kejahatan, mau menanggung beban sebagai seorang pengkhianat desa karena suatu hal yang sangat penting. Dan itu semua adalah untuk melindungi adiknya.Sumber: Pinterest |
Memang, kisah hidup Itachi sangatlah tragis. Setelah mati dan identitasnya terungkap pun, dia tidak mendapatkan kehormatan yang setimpal dari desa yang selalu dilindunginya. Tapi jika menilik sejarahnya sejak awal, apakah tujuan utama Itachi adalah untuk dikenal di desa? Apakah dia menginginkan sebuah ketenaran seperti layaknya Naruto yang selalu berkoar-koar ingin menjadi seorang Hokage agar diakui seluruh desa?
Tidak, Itachi bukan Naruto. Itachi tidak pernah memikirkan itu di kepalanya. Dia hanya menginginkan perdamaian dan keselamatan adiknya yang egois, Sasuke.
Mengajarkan kita semua untuk tidak menyerah
Sudah menjadi rahasia umum jika Naruto selalu mengobarkan semangat pantang menyerah, dan terkadang dia bisa merangkap menjadi seorang motivator handal. Bahkan penjahat sekelas Obito pun bisa takluk atas nasehat-nasehat dari Naruto. Warbyasah kan?
Tenang, aku nggak benci Naruto kok. Ya iyalah, secara dia adalah tokoh utama, mana mungkin aku yang senang mengikuti serialnya, malah membenci Naruto?
Aku hanya nggak menyukai caranya yang terkadang banyak omong, walaupun omongannya itu bisa dibuktikan sih. Tapi tetap saja, ketika Naruto berakhir manis dengan Hinata, aku menjadi salah satu orang yang bahagia.
Duh! Bagaimana bisa Naruto begitu bodoh mau menyimpan janjinya pada Sakura? Kalau aku tarik ke belakang, sebenarnya yang membuat hidup Naruto penuh beban dengan mengejar Sasuke adalah Sakura! Ya, dia biang keroknya!
Ah, sudahlah.
Itu sepenggal uneg-uneg terdalamku tentang serial Naruto yang sekarang sudah tamat dan digantikan dengan serialnya anaknya, Bolt (Boruto). Tapi aku sepertinya nggak minat lagi untuk menyaksikan kisah anak sulung Naruto dan Hinata ini, mengingat pada setiap cuplikannya, Boruto digambarkan sebagai seorang anak nakal yang membenci ayahnya.
P.s. Aku sangat suka melihat adegan Sakura yang melayangkan tinjunya pada lawan, apalagi pada Naruto.